POP, NU, MUHAMMADIYAH, DAN PGRI
Oleh: Bambang Tri Cahyono
Ada berita tak sedap dibalik penolakan NU, Muhammadiyah, dan PGRI terhadap Program Organisasi Penggerak yang dimotori oleh Kemendikbud. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada ketiga organisasi massa tersebut, maka saya mohon dapat menyampaikan hal yang menurut saya tak sedap itu.
Pertama, ketiga organisasi tersebut adalah organisasi konglomerat di bidang pendidikan. Kelas mereka sudah tak lagi Kijang, Macan, atau Gajah. Tapi sudah kelas kakap atau bahkan dinosaurus. Jadi mereka memang tidak perlu diikut sertakan dalam POP yang notabene hanya untuk organisasi kelas UMKM.
Kedua, Ketiga ormas konglomerat pendidikan tersebut sudah menolak POP dan keluar dari program, jadi sebaiknya keluar dengan ikhlas tanpa harus teriak di media massa. Teriakan mereka sudah terbayar lunas dengan manfaat yang seharusnya akan diterima jika ketiga organisasi konglomerat pendidikan tersebut ikut ambil bagian dalam POP.
Ketiga, Ketiga organisasi pendidikan kelas kakap tersebut seharusnya menilai diri, apakah selama ini mereka tidak dibesarkan oleh Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud dengan segala fasilitas yang bahkan tidak pernah diterima oleh organisasi pendidikan sekelas UMKM.
Keempat, Ketiga organisasi penggerak pendidikan tersebut memang salah satu bisnis intinya adalah di bidang pendidikan. Aset mereka disumbang dalam jumlah yang besar oleh penghasilan di bidang ini, bahkan sejak Indonesia belum merdeka. Jadi berilah kesempatan ini kepada pemain yang baru merdeka.
Kelima, Kalau diantara ketiga organisasi penggerak tersebut ada yang tidak memiliki badan hukum nasional Indonesia, karena didirikan pada jaman Belanda, maka urusilah bentuk badan hukum baru di Kemenkumham dan bukan mempertahankan badan hukum kolonial tersebut.
Keenam, Mas Mendikbud sudah minta maaf kepada ketiga konglomerat pendidikan ini. Mohon agar Mas Menteri yang milenial ini jangan diobok-obok hanya karena dia bukan diambil dari unsur organisasi penggerak pendidikan terbesar di tanah air tersebut.
Demikian saya sampaikan berita tak sedap ini untuk direnungkan dengan arif dan bijaksana. Bukan dengan respon yang meledak-ledak, seperti yang dialami oleh mas Menteri yang berpikiran out of the box ini.
salam mesra dan tetap semangat!
1 komentar:
Astonished Prof
Posting Komentar