SURAT DARI DESA (2)
Semangat pagi saudara,
Hari ini adalah minggu keenam saya tinggal di desa. Ini adalah waktu terlama saya hidup di desa sejak kuliah kerja nyata tahun 1980. Saya mulai move on lagi setelah sebulan menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan alam dan penduduk pedesaan.
Saya mulai menyewa sebidang sawah dan mempekerjakan petani penggarap dengan sistem bagi hasil mertelu. Artinya kalau panen nanti penyewa mendapat dua pertiga hasil dan penggarap mendapat sepertiga hasil panen.
Istri saya masih suka keliling desa menyemprot disinfektan. Kata pak lurah dia adalah sukarelawati covid-19. Saya sendiri termauk yang skeptis dengan kebijakan pemeritah ini. Tapi mau bilang apa selain mengamini saja.
Anak saya masih balita, jadi tidak begitu terdanpak corona. Dia belajar dari rumah dengan mengerjakan tugas dari guru taman kanak-kanaknya. Tapi saya tambah juga dengan belajar mandiri dengan materi dari mbah gugel.
Tampaknya memang mbah gugel ini adalah pahlawan corona paling hebat di bumi. Semua materi belajar dan pelatihan dilakukan dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah di seluruh bumi ini sangat mengandalkan mbah gugel.
Bahkan materi pelatihan pada program kartu prakerja diambil begitu saja dari mbah gugel. Ini adalah tindakan melanggar peraturan pemerintah oleh pemerintah dimana proyek yang dibiayai APBN dilakukan secara amatiran oleh platform digital yang tidak profesioal.
Sebagai dosen yang mengampu mata kuliah Pemasaran Lanjutan, Manajemen Proyek, dan Manajemen Tim Kreatif, maka saya manfaatkan sosmednya mbah gugel ini sebagai media berinteraksi dari desa ke kota. Beruntung signal internet di desa saya sangat bagus dan mampu untuk mensukseskan PSBB dari pemerintah.
Sekian dulu surat dari desa. Semoga bencana nasional corona segera berakhir.
Salam .. btc
Sabtu, 25 April 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar